Selasa, 04 Desember 2012

anak berkebutuhan khusus


DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR
Tujuan:
Setelah menyelesaikan bab ini, anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan kembali konsep dasar kesulitan belajar
2. mengidentifikasi beberapa kasus kesulitan belajar dengan memberikan contoh-
    Contohnya
3. mengidentifikasi factor-faktor yang merupakan latar belakang kesulitan belajar
1. Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar
a. Pengertian Diagnosis
            Sebelum menetapkan alternative pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut.Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa.Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang kita adopsi dari budang medis. Menurut Thorndike dan Hagen, diagnosis dapat diartikan sebagai:
(1) upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang
      Dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang saksama mengenai gejala
      Gejalanya (symptom)
(2) studi yang saksama terhadap fakta tentang sustu hal untuk menemukan karakteristik
     Atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial
(3) kepuusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala
Atau fakta tentang suatu hal
b. Pengertian Kesulitan Belajar
            Burton (1952:622-624) mengidentifikasikan bahwa seorang siswa dapat dianggap mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan mengalami kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh Burton sebagai berikut:
  1. Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru
  2. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mencapai prestasi
Yang semestinya, sedangkan dalam prediksi hal tersebut dapat ia raih dengan hasil yang memuaskan
  1. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat
Penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan
Pada tingkat pelajaran berikutnya.
c. Mengidentifikasi kasus kesulitan belajar
            Pada halaman berikut ini dijelasakan beberapa langkah operasional diagnosis kesulitan belajar.
1. Dengan metode criterion referenced, maksudnya tes yag mengasumsikan bahwa instrument evaluasi atau soal yang digunakan telah dikembangkan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Tahapannya adalah sebagai berikut:
      a. menetapkan angka nilai kualitatif minimal yang dapat diterima, misalnya 5,0 atau
            6,0
      b. membandingkan prestasi dari setiap siswa dengan angka nilai batas lulus tersebut.
          Secara teoritis, mereka yang angka nilai prestasinya berada di bawah lulus sudah
          dapat diduga sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.
c.       menghimpun siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar serta mencari siswa  yang mengalami gejala terparah (yang nilainya di bawah siswa penderita kesulitan belajar lainnya)
d.      membuat rangking/tingkatan guna mempermudah dalam pemberian prioritas layanan psikologis
Dengan hasil penandaaan itu maka dapat diaktakan bahwa kelas atau individu-individu tersebut memerlukan bimbingan belajar karena prestasinya belum memenuhi harapan (seperti yang digariskan dalam TIK).
2. Dengan metode norm-references, maksudnya nilai prestasi rata-rata dijadikan ukuran
Pembanding bagi setiap nilai prestasi individu masing-masing siswa. Tahapannya adalah sebagai berikut:
a.       mencari dan menghitung nilai rata-rata kelas atau kelompok
b.      menandai siswa-siswa yang nilainya di bawah rata-rata
c.       jika mau diadakan prioritas layanan bimbingan, terlebih dahulu harus membuat rangking seperti pada metode pertama
Sedangkan menurut Burton (1952:640-652) penggolongan tahapan-tahapan diagnosis tidak didasarkan pada usaha penanganan, tetapi didasarkan pada tehnik dan instrument yang digunakan dalam pelaksanaannya, seperti di bawah ini:
1.      General Diagnosis
Pada tahap ini lazim dipergunakan tes baku, seperti yang dipergunakan untuk evaluasi dan pengukuran psikologis dan hasil belajar. Sasarannya, untuk menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami kelemahan tertentu.
2.      Analistic Diagnosis
Pada tahap ini yang lazim digunakan ialah tes diagnostic. Sasarannya, untuk mengetahui dimana letak kelemahan terebut.
3.      Psychological Diagnosis
Pada tahap ini tehnik pendekatan dan instrumen yang digunakan antara lain:
a.       Observasi
b.      Analisis Karya Tulis
c.       Analisis Proses dan Respon Lisan
d.      Analisis berbagai catatan objektif
e.       Wawancara
f.       Pendekatan laboratories dan klinis
g.      Studi Kasus
   Sasaran kegiatan diagnosis pada langkah ini  pada dasarnya digunakan untuk memahami karakteristik dan factor-faktor penyebab terjadinya kesulitan. Jika output dari layanan bimbingan belajar berupa perubahan pada diri siswa (terbimbing). Setelah menjalani tindakan penyembuhan (treatment). Maka output dari layanan diagnosis kesulitan belajar hanya sampai pada rekomendasi tentang kemungkinan alternative tindakan penyembuhan.
d. Mengidentifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
            Pada dasarnya bila setiap kesulitan belajar terjadi, latar belakangnya akan bersumber pada komponen-komponen yang berpengaruh atas berlangsungnya proses belajar-mengajar sendiri. Berbagai variable yang mempengaruhi proses belajar-mengajar menurut Loree (1970;121-133) terdiri atas: 1)Stimulus atau learning Variables, 2) Organismic Variables, 3) Response Variables
1. Learning Variables, mencakup
    a. Learning Experience Variables, antara laian mengenai
     1. Method Variables, menyangkut kuat lemahnya motivasi untuk belajar, intensif tidaknya bimbingan guru dan ada-tidaknya kesempatan untuk praktikum
2. Task Variables, mencakup menarik-tidaknya apa yang harus dipelajari, bermakna-tidaknya apa yang dipelajari dan tersedia-tidaknya fasilitas belajar yang memadai
 b. Environmental Variables, yang menyangkut iklim belajar yang bergantung pada factor tersedianya waktu yang cukup untuk belajar dan tersedianya fasilitas belajar yang memadai
2. Organismic Variables, mencakup
    a. Characteristic of the learners, anatra lain tingkatan intelegensi, usia dan taraf kematangan, jenis kelamin dan kesiapan belajar
    b. Mediating Processs, kondisi yang lazim terdapat dalam diri siswa, antara lain intlegensi, persepsi, motivasi, takut, cemas, dan tekanan batin dan sebagainya turut berperan dalam proses berperilaku belajar
 3. Response Variables, jika dikelompokkan berdasarkan tujuan pendidikan dapat dilihat sebagai berikut:
     a. Tujuan-tujuan kognitif, seperti  pengetahuan, konsep-konsep dan keterampilan
         pemecahan masalah.
b.      Tujuan-tujuan afektif, seperti sikap-sikap, nilai-nilai, minat dan apresiasi
c.       Tujuan-tujuan pola bertindak, antara lain:
-keterampilan psikomotoris, seperti menulis, mengetik, melukis,dsb
-kompetensi-kompetensi untuk menyelenggarakan pertemuan, berpidato,
  Memimpin diskusi, pertujukan dsb.
-kebiasaan-kebiasaan, seperti kebiasaan hidup sehat, kejujuran dan kerapian
Sedangkan menurut Burton (1952:633-640), variable yang mempengaruhi proses belajar mengajar dapat dikelompokkan menjadi dua factor, yaitu factor dari dalam diri siswa dan factor dari luar diri siswa.
1. factor-faktor dari dalam diri siswa antara lain:
a. kelemahan secara fisik, seperti tidak berkembangnya susunan syaraf pusat karena cacat atau sakit, kurang berkembangnya panca indra sehingga menyulitkan proses interaksi penyakit menahun dan ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi
b.Kelemahan-kelemahan secara mental, seperti cacat mental, kurang semangat, serta trauma
               c. Kelemahan-kelemahan emosional, seperti terdapatnya rasa tidak aman,             tercekam, rasa phobia, maupun ketidakmatangan
d. Kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan yang salah, seperti  banyak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan aktivitas sekolah
 e. Tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti
   membaca, menghitung, dsb
2. Faktor-faktor dari luar diri siswa, antara lain:
   a. Kurikulum yang seragam (uniform), bahan dan buku sumber yang tidak
      sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan
  b. Terlalu berat beban belajar/mengajar bagi siswa/guru
  c. Terlalu besar populasi siswa dalam kelas
  d. Terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler
  e. Kurang gizi
          Bruner and Bruner (1972) yang melakukan studi terhadap masalah putus sekolah di Indonesia, dari segi antropologis ternyata menemukan kelemahan-kelemahan structural yang fundamental, antara lain:
1.      Pandangan masyarakat (orangtua) yang salah terhadap pendidikan
2.      Adanya falsafah hidup “nrimo ing pandum” atau dengan kata lain tidak memiliki motif berprestasi ( n-Ach)
3.      Tradisi hidup social dan ekonomi yang terbelakang
Jika kita hubungkan dengan uraian-uraian diatas, maka jika terdapat kasus kelemahan belajar dalam suatu kelas maka besar kemungkinan kelemahan itu bukan bersumber pada kelemahan siswa secara individual. Faktor yang memungkinkan terjadinya hal ini dapat berupa kualifikasi guru yang tidak memadai, system belajar-mengajar yang digunakan, pola ruangan keas atau bahkan system penilaian yang merugikan siswa.
Bermacam-macam cara yang dapat digunakan untuk mengetahui sumber kelemahan belajar baik untuk kasus kesulitan belajar perkelompok maupun perindividu dan apakah dari dalam atau dari luar diri siswa. Diantaranya dengan mengetes IQ siswa, tes bahasa dan bilangan, penganalisisan cara belajar siswa ataupun dengan bantuan dokter ahli jiwa.
e. Kesimpulan dan Pembuatan Rekomendasi Pemecahan Kasus
            Jika terdapat kasus kesulitan belajar seperti teresbut di atas, maka hendaknya 1) menarik kesimpulan umum, 2) membuat perkiraan, apakah masalah itu mungkin untuk diatasi, selanjutnya 3) memberikan saran tentang kemungkinan cara mengatasinya.
1. Untuk Kasus Kelompok
            Jika mayoritas siswa nilai prestasinya tidak dapat mencapai batas lulus (minimum
Acceptable performance), kita dapat menyimpulkan kelas yang bersangkutan patut diduga sebagai kelas yang mengalami kesulitan belajar. Begitu juga dengan kelas yang bernilai prestasi kelas dibawah kelas yang setaraf, kelas ini juga patut diduga sebagai kelas yang mengalami kesulitan belajar.
            Jika fakta di atas ternyata terjadi pada banyak bidang sudi, dapat diduga bahwa letak kelemahan bersifat integral (menyeluruh) yang menyangkut keseluruhan aspek kurikulum dan system pengajaran di kelas/sekolah yang bersangkutan, tetapi kalau kasus tersebut hanya terjadi pada bidang studi tertentu, amka kelemahannya dapat dilokalisasikan pada system instruksional khusus yang dipergunakan oleh guru bidang studi.
            Estimasi (perrkiraan) dan saran kemungkinan cara mengatasi kasus diatas dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendefinisikan 1) jenis dan sumber penyebab masalahnya, dan 2) karaktersistik berat/ringannya masalah. Sampai saat ini sumber penyebab masalah dapat dikatakan dari luar diri siswa karena yang mengalami kesulitan hampir semua siswa dalam satu kelas sedangkan karakteristik masalahnya adalah sangat mungkin diatasi, berdasarkan gejala-gejala khas yang menyangkutkan kelompok.
            Sedangkan kemungkinan cara mengatasi adalah dengan program pengajaran khusus (pengayaan) jika kelemahannya bersumber dari kurikulum. Jika kelemahnanya bersumber dari system evaluasi, maka kemungkinan cara menagtasinya dengan pengembangan system penilaian yang menggairahkan siswa. Sedangkan jika kelemahan terdapat pada factor kondisionla, kemungkinan dapat diatasi dengan pemenuhan buku, laboratorium dan sebagainya.
2. Untuk Kasus Individu
            Jika ternyata sebagian krecil dari siswa (± 5-25 %) yang angka pretasinya tidak memadai batas lulus dan atau lebih kecil dari rata-rata nilai prestasi kelas, kita dapat langsung menyimpulkan bahwa kasus kesulitan belajar itu bersifat individu.
            Permasalahannya pun dapat disimpulkan lebih lanjut:
a. bersifat menyeluruh, jika ternyata kelemahnnya terjadi pada seluruh atau sebagian
    besar bidang studi yang diikutinya
b. bersifat segmental atau sektiral, jika ternyata kelemahnnya terjadi pada sebagian
    bidang studi yang diikutinya
c. bersifat personal, jika ternyata kelemahan itu bukan dalam segi prestasi studi tetapi
    segi proses atau penyesuaian diri
            Sedangkan sumber dan factor penyebabnya dapat berupa factor organismik siswa yang bersangkutan, sukar mengubah diir dengan pola-pola kebiasaan belajar yang lebih sesuai, sikap menyepelekan system penilain partisipasi dan belum menguasai pengetahuan dasar. Faktor dari luar diri siswa juga dapat berpengaruh pada hal ini, contohnya hampir sama pada kasus kelompok yang sebelumnya telah dijelaskan.
            Untuk mengatasi kasus individu ini, sebelumnya harus kita bedakan dahulu, mana factor herditas/gen maka usaha penyembuhan secara metodologis sangat kecil kemungkinanaya untuk mendapatkan hasil. Yang diperlukan untuk siswa semacam ini adalah penyaluran/penjurusan kepada program pendidikan tertentu yang sesuai dengan kemampuannya.
            Jika kelemahannya bersumber dari aspek orgnismik lainnya, seperti kebiasaan belajar, minat dari lingkungan, maka penyembuhannya secara metodologis dapat diterapkan meskipun hasilnya baru dapat dilihat dalam waktu yang relative lama.    


    
           






                       

RumahEducation


KONSEP DASAR BIMBINGAN KELOMPOK



BAB I
KONSEP DASAR BIMBINGAN KELOMPOK

A.  Tujuan
      Setelah mempelajari uraian di bawah ini anda diharapkan dapat memahami konsep dasar bimbingan kelompok.

B.  Rasional Teori
      a.   Asal-usul Bimbingan Kelompok
            Gazda mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Gazda juga menyebutkan bahwa bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi bersifat personal, vokasional dan sosial.
            Tujuan bimbingan kelompok menurut Margatet E. Benner adalah :
            -     Untuk melengkapi kesempatan belajar dalam mencapai pengarahan diri dengan memperhatikan aspek pendidikan, jabatan personal, sosial dalam kehidupan
            -     Untuk melengkapi efek penyembuhan
            -     Secara ekonomis, efektif memungkinkan pendekatan individu secara menyeluruh.
            -     Untuk melengkapi konseling
      b.   Kegiatan bimbingan kelompok menggunakan prinsip dan dinamika individu dalam kelompok, antara lain :
            -     Model sosio drama
            -     Model dinamika kerja kelompok
            -     Model dinamika permainan kelompok
            -     Model dinamika diskusi kelompok
            -     Model dinamika diskusi panel
            -     Model home room
            -     dll
      c.   Aktivitas individu dalam kehidupan kelompok, antara lain :
            Aktivitas bersikap yaitu :
            -     Sikap cemerlang : aktif responsit dengan ciri-ciri : mengungkap ide dan saran dengan cepat tanpa pemikiran yang matang. Kelompok aktif mudah berkembang.
            -     Sikap lambat – apatis – menjemukkan dengan ciri-ciri : kurangnya perhatian, daya tanggap rendah.
            -     Sikap melawan – antagonistik – kejam dengan ciri-ciri defensive terhadap masalah, cenderung berpendapat sendiri, menunjukkan permusuhan pribadi.
            Aktivitas bertindak, yaitu :
            -     Sangat suka berdebat
            -     Cepat menolong
-     Terlalu banyak cakap
-     Pengelantur
-     Suka bertengkar
-     Kepala batu
-     Bahasa yang salah
-     Tukang mengeluh
-     Bercakap sampingan
-     Sukar berbicara
-     Pasti salah
-     Selalu minta pendapat
-     Tidak berbicara
      d.   Langkah-langkah penyelenggaraan bimbingan kelompok.
            Langkah pertama :   1.   Pembentukan kelompok
                                             2.   Mengumpulkan para peserta 12 – 20 mg
                                             3.   Memberi penjelasan tentang pelaksanaan bimbingan kelompok
            Langkah kedua :      Perencanaan kegiatan :
                                             -     Penetapan materi layar, tujuan dicapai
                                             -     Sasaran kegiatan
                                             -     Bahan dan sumber bahan yang digunakan
                                             -     Persiapan fisik
                                             -     Persiapan bahan
                                             -     Persiapan keterampilan
                                             -     Persiapan administrasi
            Langkah Ketiga :     Pelaksanaan Kegiatan
            Tahap I      Pembentukan :   pengenalan, pelibatan, aktivitas diri
                              Kegiatan :     -     Mengungkap pengertian dan tujuan bimbingan kelompok
-     Menjelaskan azas-azas bimbingan kelompok
-     Kenal dan ungkap diri
-     Pelaksanaan tehnik
-     Pelaksanaan kehangatan, keakraban.
            Tahap II    Peralihan      -     Menjelaskan kegiatan
-     Menawarkan adanya pengamatan
-     Membahas suasana yang terjadi
-     Mengajak anggota meningkatkan keterampilan
            Tahap III   Tahap Kegiatan
                              -     Pemimpin menawarkan topik-topik
                              -     Tanya jawab
                              -     Anggota membahas topik secara mendalam dan tuntas
                              -     Ada kegiatan selingan
      g.   Evaluasi Kegiatan
            Fokus pada perkembangan peserta didik :
            -     Ungkapan perasaan peserta bersifat tertulis
            -     Ungkapan harapan peserta bersifat tertulis
            -     Hasil amatan proses partisipasi dan aktivitas peserta
      h.   Analisis tindak lanjut
            Dianalisis untuk mengetahui kemajuan para peserta dan pembahasan para peserta dan pembahasan perlunya tindak lanjut.


TUGAS

1.   Membaca buku-buku yang ada pembahasan konsep dasar bimbingan kelompok
2.   Buat Kelompok 6 orang
3.   Diskusikan di kelas hasil bacaan



LEMBAR KERJA MAHASISWA

Hasil membaca buku yang ada pembahasan tentang konsep dasar Bimbingan Kelompok.
Pengertian Bimbingan Kelompok
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Pembentukan Kelompok
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Aktivitas Kelompok
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Penyelenggaraan Bimbingan Kelompok ...................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................


Nama         :


BAB II
BIMBINGAN KELOMPOK MODEL SOSIO DRAMA


A.  Tujuan
                  Setelah mempelajari uraian dibawah ini anda diharapkan dapat memahami pelaksanaan bimbingan kelompok model sosio drama.

B.  Rasional Teori
      a.   Asal usul Sosio drama
                        Perkataan “drama” berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti : berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau action.
                        Dasar lakon drama adalah konflik manusia. Konflik itu lebih bersifat batin daripada fisik. Konflik manusia itu sering juga dilukiskan secara fisik. Dalam wayang, wayang orang, ketoprak, dan juga ludruk akan kita saksikan bahwa klimaks dari konflik batin itu adalah bentrokan fisik yang diwujudkan dalam perang.
                        Konflik yang dipaparkan dalam lakon harus mempunyai motif. Motif dari konflik yang dibangun itu akan mewujudkan kejadian-kejadian. Motif dan kejadian haruslah wajar dan realistis, artinya benar-benar diambil dari kehidupan manusia. Konflik yang muncul dari kehidupan manusia.
                        Seluruh drama adalah bentuk pendramatisan peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-hari yang terjadi dalam masyarakat. Bentuk sosio drama merupakan bentuk drama yang paling elementer.
                        Dalam sosio drama, tokoh-tokoh dan peristiwa sudah seringkali dihayati oleh calon pemain. Oleh karena itu, pemain akan lebih mudah mengidentifikasikan dirinya dengan lakon dan dengan permainan yang dibawakan. Sebenarnya dalam sosio drama, prinsip-prinsip dramatisasi tidak boleh diabaikan. Sosio drama tidak sekedar menirukan adegan tertentu, tetapi memerankan tokoh dan adegan tertentu dengan acting, yaitu penjiwaan total terhadap tokoh dan lakon yang dibawakan.
                        Guntur Tarigan mengemukakan ada tiga langkah yang harus dilalui jika seseorang mau mementaskan atau menulis sosio drama, yaitu sebagai berikut  :
-     Mengemukakan suatu masalah
-     Mendramatisasikan masalah
-     Mendiskusikan hasil dramatisasi
Nilai pendidikan dari sosio drama adalah sebagai berikut
-     Melatih pelajar agar terlibat dalam persoalan hidup
-     Memberi kesempatan menjiwai peran
-     Mendiskusikan nilai-nilai kehidupan
-     Menghargai pendapat orang lain
-     Membentuk kepribadian
-     Melatih penggunaan bahasa lisan dengan baik dan lancar
-     Ikut merasakan lakon secara sosial maupun secara psikologis.
-     Melatih mengemukakan pendapat (1984 : 112).
                        Apabila menyebut istilah drama, maka berhadapan dengan dua kemungkinan, yaitu drama naskah dan drama pentas. Keduanya bersumber pada drama naskah. Oleh sebab itu pembicaraan tentang drama naskah merupakan dasar dari telah drama.
            Masalah hubungan antar manusia merupakan hal yang ditonjolkan dalam penyusunan naskah drama.
                        Motif dalam penulisan lakon merupakan dasar laku dan merupakan keseluruhan rangsang dinamis yang menjadi lantaran seseorang mengadakan respons. Motif dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, diantaranya oleh hal-hal berikut ini :
-     Kecenderungan dasar manusia untuk dikenal, untuk memperoleh pengalaman, ketenangan, kedudukan, dan sebagainya.
-     Situasi yang meliputi manusia yang berupa keadaan fisik dan sosialnya.
-     Interaksi sosial yang ditimbulkan akibat hubungan dengan sesama manusia
-     Watak manusia itu sendiri yang ditentukan oleh keadaan intelektual, emosional, ekspresif, dan sosiokultural.
            Motif yang dipilih bergantung pada selera penulis. Penulis menentukan motif itu dari sumber mana. Lakon, baik sebagai peniru kehidupan, sugesti atau ilusi kehidupan, atau penggambaran tentang konflik dan masalah kehidupan, selalu diatur dan dikendalikan oleh proses tingkah laku manusia. Sikap dan tindakan manusia diharapkan akan mengatasi konflik dan masalah manusia itu.
            Setiap orang, dalam kehidupan sehari-hari atau sebagai tokoh dalam sebuah drama, lebih menarik ketika menghadapi situasi dramatis yang menegangkan, bahkan dalam situasi seperti itu, dia dapat lebih banyak mengenal dirinya sendiri. Hal ini disebabkan oleh karena semua energinya terpusat pada apa yang dilakukannya atau apa yang dia coba lakukan. Pada saat seperti itu, kelihatannya orang itu seperti benar-benar “hidup” dan kadang-kadang mampu melakukan tindakan yang sebelumnya tidak terbayang akan mampu dilakukannya. Tanpa disadarinya, orang itu menunjukkan jadi dirinya melalui apa yang disebut dengan “aksi-aksi”.
            Saat-saat in action adalah saat-saat yang sangat bergairah dalam hidup seseorang walaupun detail-detail pekerjaan yang dilakukannya pada saat itu tidak diingat lagi. Karena pada saat yang sangat sibuk itu, tidak mungkin orang mengingat detail-detail pekerjaannya lagi.
Kalau seseorang menelaah bagaimana dia menjadi dirinya sampai saat ini, maka tentunya, garis keturunan mempunyai andil yang kuat selain situasi-situasi yang dialami saat-saat menjadi dewasa. Tetapi, sebagai manusia yang aktif, tentunya orang itu tidak saja hasil dari garis keturunan dan situasi yang dialaminya. Dia bertanggung jawab atas pembentukan pribadinya karena orang itu memilih sendiri tindakan-tindakannya, setiap saat, didasari oleh garis keturunan dari situasi yang dihadapinya. Jika orang itu memilih sendiri tindakan-tindakannya. Jika orang yang berbeda-beda. Dengan kata lain, dia adalah yang dialami dan apa yang dilakukannya.
            Kalau seseorang ditempatkan pada suatu situasi yang baru dan mendisiplinkan diri untuk memilih tindakan-tindakan yang berbeda dari biasanya, dia berubah menjadi satu pribadi yang baru, kadang-kadang pribadi baru ini tercipta dengan sangat cepat. Banyak orang yang mengalami suatu proses metamofosis karena mengalami suatu peristiwa yang sangat penting. Kapasitas kepribadian yang terus berevolusi untuk menciptakan tokoh yang diperankan di atas panggung atau di depan  kamera. Melalui teknik-teknik acting, seseorang akan mengembangkan pribadi-pribadi yang berbeda yang hidup bersama dengan dirinya tetapi dengan mudah bisa diadaptasikan dalam peran yang dimainkannya.
            Evolusi dari pribadi-pribadi baru ini prosesnya sama dengan evolusi yang terjadi dalam diri seseorang di kehidupan sehari-hari yaitu dengan tekun menyelidiki pilihan-pilihan untuk tindakan yang diambil, didasari oleh kebutuhan-kebutuhan yang hakiki, dalam situasi-situasi yang diberikan, untuk sampai pada tujuan yang sangat pribadi artinya bagi orang out. Akar dari semua ini adalah kapasitas untuk percaya pada pilihan-pilihan baru, kebutuhan0kebutuhan dan situasi-situasi baru sehingga pengalaman yang dihasilkan menjadi sangat nyata dan menciptakan metamorfosis yang benar.

      b.   Konflik dan Permasalahan Hidup yang pada umumnya dihadapi siswa-siswa antara lain “
-     Konflik orang tua, siswa, guru bidang studi, guru agama tentang pandangan-pandangan pemilihan studi dan karir.
-     Konflik siswa dan siswa tentang pandangan-pandangan dalam cara-cara bergaul (bersahabat)
-     Konflik orang tua siswa dan saudara tentang hak dan kewajiban dalam berkeluarga
-     Konflik orang tua dan anak tentang pandangan-pandangan pemilihan jodoh
-     Konflik ayah tiri, ibu tiri, anak dalam tugas rumah dan belajar.
            Ada delapan langkah yang dianjurkan Torrance untuk mengefektifkan sosio drama sebagai sarana siswa untuk menghadapi problem dan Tantangan, yaitu sebagai berikut :
1.   Menetapkan problem
2.   Mendeskripsikan situasi konflik
3.   Pemilihan pemain (casting characters)
4.   Memberikan penjelasan dan pemanasan bagi aktor dan Pengamat
5.   Memerankan situasi tersebut
6.   Memotong adegan (jika aktor meninggalkan peran dan tidak dapat diteruskan. Atau dapat juga membuat kesimpulan. Jika pemimpin tidak terlihat perkembangan, adegan dapat diganti).
7.   Mendiskusikan dan menganalisis situasi, kelakuan dan gagasan yang diproduksi.
8.   Menyusun rencana untuk testing lebih lanjut atau implementasi gagasan baru.
      c.   Prosedur Pelaksanaan Sosio drama
            Sosio drama dilaksanakan dalam bentuk Role Playing
            Torance mengemukakan :
-     Jika mengadakan role playing, hendaknya dapat mencoba peranan dari situasi, jadi bukan orangnya. Aktivitas ini jangan digunakan untuk terapi.
-     Tujuannya harus bersifat pendidikan, bukan memiliki hiburan.
-     Jangan buru-buru, siswa harus mempunyai kesempatan untuk mengikuti perananannya dan situasi kedalaman dan meliputi beberapa aspek
-     Problem dan konflik hendaknya berhubungan dengan perhatian siswa, dan berkenaan dengan hal yang akan digunakan siswa.
-     Situasi hendaknya tepat dengan tingkat daya tarik siswa dan kematangannya.
-     Perasaan yang kompleks tidak boleh secara mudah diubah
-     Fokus dari usaha kelompok ditujukan untuk mencoba cara yang dapat ditempuh untuk mengelola kelakukan seefektif mungkin.
-     Situasi hendaknya bersifat open ended
-     Tekanan juga ditujukan untuk membantu siswa belajar berpikir untuk mereka sendiri.
-     Situasi dan respons dari aktor berkembang. Jangan bicara terlalu banyak untuk diri sendiri.
Langkah-langkah Role Playing
Shaffel dan Shaffel mengemukakan 9 langkah :
Langkah 1 : Memotivasi kelompok
Langkah 2 : Memilih pameran
Langkah 3 : Menyiapkan Pengamat
Langkah 4 : Menyiapkan tahapan pesan
Langkah 5 : Pemeranan (pentas di depan kelas)
Langkah 6 : Diskusi evaluasi ! (sportunity)
Langkah 7 : Pementasan ulang
Langkah 8 : Diskusi evaluasi-evaluasi dan pemecahan masalah
Langkah 9 : Membagi pengalaman dan menarik kesimpulan
           
      d.   Tugas-tugas Konselor
1.   Menyusun naskah drama berbentuk cerita yang mengacu pada konflik kehidupan manusia (siswa).
2.   Menyusun daftar cekpengamatan
3.   Menyusun daftar cek ungkapan perasaan
4.   Membentuk kelompok
5.   Menentukan pameran
6.   Menentukan Pengamat
7.   Menyampaikan tujuan melaksanakan sosio drama
8.   Melaksanakan sosio drama
     


      E.   Latihan Ketrampilan Bimbingan Kelompok Model Sosio drama :
            a.   Panduan Terstruktur :
                  Langkah 1.  Menyusun Cerita
Carlo yang Suka Membantah
Carlo anak laki-laki umur 15 tahun duduk di SMP. Bosan sekolah karena tiap hari disuruh orang tua dan guru belajar matematika. Cita-cita Carlo adalah pemain sepak bola, orang tua Carlo menginginkan Carlo jadi akuntan untuk meneruskan usaha orang tua Carlo dikonsultasikan pada guru agama.
(Konflik orang tua, siswa, guru, guru agama tentang pandangan pemilihan studi dan karir).
Pemeran 1 : Carlo (anak pembantah)
Pameran 2 : Orang tua Carlo (ayah)
Pemeran 3 : Orang tua Carlo (ibu)
Pemeran 4 : Guru Matematika
Pemeran 5 : Guru Agama

Langkah 2.   Membentuk Kelompok
                     Menyiapkan lembar pengamatan
                     Konselor mempersilahkan siswa yang bersedia secara sukarela untuk bermain peran sejumlah 10 orang.

Langkah 3    Penentuan pameran dan Pengamat.
Pemeran 1 : Carlo (anak pembantah)
Pameran 2 : Orang tua Carlo (ayah)
Pemeran 3 : Orang tua Carlo (ibu)
Pemeran 4 : Guru Matematika
Pemeran 5 : Guru Agama
( 5 orang )
Pengamat 5 orang

Langkah 4    Konselor menyampaikan tujuan melaksanakan sosio drama melalui strukturing yaitu :
-     Menjelaskan tujuan
-     Menjelaskan jalannya bermain peran yaitu dilaksanakan dua tahap
-     Menjelaskan waktu yang digunakan
-     Menjelaskan permainan secara spontanitas

Langkah 5    Melaksanakan sosio drama
Bermain peran pertama yaitu kelompok pameran
-     Kelompok Pengamat mengisi lembar, cek list yang sudah tersedia
-     Permainan spontanitas selama 10 menit
-     Kelompok pameran mengisi lembar ungkapan perasaan
-     Setiap Pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada konselor
-     Setiap pameran melaporkan ungkapan perasaan yang diisi dalam cek list
-     Konselor Mendiskusikan hasil bermain peran, dari kelompok pameran (waktu 10 menit) diperankan.
Bermain peran kedua yaitu :
Kelompok Pengamat
Permainan spontanitas
Waktu 10 menit
Setelah bermain mengisi cek list ungkapan perasaan.
-     Kelompok pameran mengisi lembar cek list yang sudah tersedia dan melaporkan pada konselor
-     Kelompok Pengamat yang bermain peran mengisi lembaran ungkapan perasaan
-     Konselor Mendiskusikan hasil bermain peran dari kelompok Pengamat, waktu 10 menit


Langkah 6    Konselor berdiskusi dengan kelompok tentang hasil Pementasan sosio drama
                     Menanyakan pemahaman terhadap pemecahan masalah dari konflik yang diperankan. Waktu 10 menit.







LEMBAR PENGAMATAN SOSIO DRAMA

No
Keadaan Pemeran
Ada
Tidak
1.
Keadaan tubuh



       Sehat



       Kurang Sehat



       Sakit


2.
Keadaan wajah sesuai peran



       Mata melotot



       Mata berbinar



       Wajah berkerut    



       Sinis



       Senyum



       Tertawa


3.
Keadaan tangan sesuai peran



       Menggenggam



       Dikepal



       Meremas-remas


4.
Keadaan emosi sesuai peran



       Marah (membentuk)



       Sedih (terbata)



       Takut (melihat kanan kiri)



       Senang (senyum tertawa)


5.
Dialog sesuai peran kata kunci



       Pintar



       Hebat



       Bagus



       Bodoh



       Jangan



       Harus



       Tidak boleh



       Batuk



       Salah



       Mau



       Tidak mau





Kesimpulan
Sesuai peran


Nama Pengamat




LEMBAR UNGKAPAN PERASAAN PEMERAN

No
Keadaan yang dirasakan
Ya
Tidak
1.
Senang berperan seperti itu


2.
Mudah mengungkapkan emosi sesuai peran


3.
Mudah mengatur postur tubuh sesuai peran


4.
Mudah mengucapkan dialog spontan tentang sesuai peran


5.
Mudah berpartisipasi dalam kelompok


6.
Mudah menghayati peran


7.
Mudah mengatur mimik sesuai peran



Kesimpulan :



b.   Pelaksanaan latihan keterampilan bimbingan kelompok model sosio drama
      Tugas mahasiswa :
      -     Membagi kelompok 11 orang
            1 orang jadi konselor
            10 orang bermain peran
      Tahap 1
            -     Membaca panduan tesrtruktur sosio drama
            -     Melaksanakan latihan sesuai cerita pada panduan
            -     Terstruktur
      Tahap 2 : Menyusun naskah cerita
            a.   Tentang konflik siswa dan siswa tentang pandangan dalam cara-cara bergaul (bersahabat).
            b.   Konflik orang tua, siswa, saudara tentang hak dan kewajiban dalam berkeluarga
            c.   Konflik orang tua, siswa, saudara dalam pandangan / pemilihan jodoh.
            d.   Konflik ayah tiri, ibu tiri, anak dalam tugas rumah dan belajar.
      Tahap 3 :
            Setiap kelompok memilih salah satu naskah cerita
            Menentukan siapa konselor
            Menentukan siapa pameran
            Dilaksanakan sesuai panduan terstruktur dibuat laporan
      Tahap 4 : Mahasiswa mencari siswa (klien) untuk melaksanakan sosio drama (pelaksanaan dilaboratorium PPB)
                  Dibuat laporan

      Tugas Dosen :    Memfasilitasi pelaksanaan latihan keterampilan bimbingan kelompok model sosio drama.

     


c.   Bentuk Laporan
      1.   Judul : Laporan Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Model Sosio drama
      2.   Dilaksanakan pada tanggal : .....................................................................

      3.   Konselor :  .....................................................................................................

      4.   Judul cerita : ..................................................................................................

      5.   Peserta Rile Playing :.................................................................................

      6.   Hasil Diskusi
            Ungkapan Perasaan : .....................................................................................
            Hasil Pengamatan : .......................................................................................
            Pemahaman terhadap pemecahan masalah : .................................................




BAB III
BIMBINGAN KELOMPOK MODEL DINAMIKA
KERJA KELOMPOK

A.  Tujuan
      Setelah mempelajari uraian di bawah ini anda diharapkan dapat memahami pelaksanaan bimbingan kelompok model dinamika kerja kelompok.

B.  Rasional Teori
      a.   Asal-usul dinamika kerja kelompok
            Dinamika kelompok seperti dikemukakan Cartwright dan Zander adalah pengetahuan alamiah tentang kelompok, prosedur pengembangan serta hubungan kelompok dengan individu, kelompok lain maupun institusi yang lebih besar.
            Kelompok menjadi tempat bagi individu memperoleh pengetahuan baru, masukan langsung dari orang lain serta mencoba perilaku baru yang diharapkan.
            Kelompok menurut Samuel T. Gadding adalah suatu kesempatan yang terdiri dari dua atau lebih individu, yang bertemu dalam interaksi tatap muka dengan kesadaran satu sama lain akur ke pemilikan dan pencapaian tujuan bersama.
            Sebagai suatu arena interaksi sosial kelompok berpotensi menyediakan kebutuhan manusia untuk :
-     Memiliki dan diterima
-     Disyahkan melalui proses umpan balik
-     Bertukar pengalaman bersama dengan yang lain
-     Kesempatan bekerja dengan orang lain tentang tugas-tugas umum
Kerja kelompok merupakan suatu proses yang kompleks dimana individu yang terlibat di dalamnya harus mempertimbangkan berbagai aturan-aturan yang berpengaruh atas perilaku dan segala konsekuensinya.
Dinamika kerja kelompok adalah suatu bentuk strategi yang dipakai dalam proses kelompok secara potensial membentuk kemampuan berpartisipasi efektif bekerja sama dengan individu lain. Kerja kelompok mempunyai ciri-ciri :
-     Adanya tugas bersama
-     Adanya pembagian tugas
-     Adanya kerja perseorangan
-     Adanya kerja sama
-     Adanya suasana kebersamaan
-     Adanya tujuan bersama yang harus dicapai pemimpin kelompok
-     Adanya anggota kelompok

      b.   Peranan individu dalam dinamika kerja kerlompok
-     Individu sebagai pemimpin kelompok yaitu
      Sebagai manager   : membantu anggota mengorganisir diri
      Sebagai observer   : mengamati dan mengarahkan anggota kelompok
      Sebagai advisor     : membersihkan nasehat tentang penyelesaian tugas-tugas bila diperlukan
      Sebagai evaluator : menilai proses kerja kelompok, berdiskusi tentang hasil pekerjaan yang dikerjakan apakah sudah dikerjakan sesuai dengan aturan.
-     Individu sebagai anggota kelompok, yaitu :
      *    Dapat melaksanakan tugas-tugas kelompok sesuai aturan
      *    Dapat bekerja sama dengan orang lain
      *    Dapat berkomunikasi dengan orang lain

c.   Prosedur Pelaksanaan Dinamika Kerja Kelompok.
Tahapan :
1.   Tahap Penjajagan. Terutama berfungsi untuk memperkenalkan para anggota satu sama lain disamping memperkenalkan tugas dan bagian-bagiannya, termasuk prosedur serta tempat dan peralatan kerja yang akan digunakan dan perintisan pembinaan komitmen.
2.   Tahap Pemahaman. Ditandai oleh penerimaan diri dan sejawat serta kemauan untuk memberi urunan dan saling membantu didalam usaha bersama mencapai tujuan kelompok. Satu sama lain disamping memperkenalkan tugas dan bagian-bagiannya, termasuk prosedur serta tempat dan peralatan kerja yang akan digunakan dan peritisan pembinaan komitmen. Tahap pemahaman ditandai oleh penerimaan diri dan sejawat serta kemauan untuk memberi urunan dan saling membantu didalam usaha bersama mencapai tujuan kelompok.
4.   Tahap Penunaian Tugas. Adalah tahap dimana para anggota kelompok yang telah ada saja pentahapan perjalanan Kerja Kelompok ini dalam memelihara iklim kelompok. Tentu saja pentahapan perjalanan kerja kelompok ini dalam kenyataannya tidak akan sejelas itu batas-batasnya. Sebab didalam proses kelompok yang sebenarnya dapat terjadi variasi-variasi bahkan keadaan yang "maju-mundur". Artinya didalam kelompok yang telah "maju" dapat terjadi masalah-masalah yang sebenarnya seharusnya terjadi pada tahap yang lebih awal. Yang jelas, tahap-tahap yang dimaksud terjadi secara akumulatif. Yaitu pada tahap yang berikut. Proses kelompok yang merupakan ciri khas yang sebelumnya juga akan tetap terjadi dan harus diperhatikan oleh pemimpin kelompok, kalau diinginkan kerja kelompok produktif. Tentu saja variasi juga terjadi dalam arti tahap-tahap awal bisa menjadi lebih singkat apabila para anggota kelompok telah saling mengenal satu sama lain. Apalagi kalau telah terlibat di dalam kegiatan-kegiatan kerja kelompok sebelumnya.
Aspek yang dapat diamati dalam dinamika kerja kelompok :
-     Interaksi
-     Kepemimpinan
-     Perasaan
-     Tujuan


d.   Latihan ketrampilan melaksanakan bimbingan kelompok model dinamika kerja kelompok
a.   Panduan Testruktur
      Demonstrasi Pertama
      1.   Petunjuk
            Tunjuklah antara 4 – 6 pasang peserta. Setiap pasangan diberi selembar kertas lebar dan sebuah spidol. Setiap pasangan diminta menggambar sebuah rumah, sebuah pohon, dan seekor binatang. Setelah selesai menggambar, setiap pasangan diminta menandatangani hasil karyanya dengan nama salah satu artis yang terkenal. Catatan : sebelum maupun sementara menggambar, pasangan-pasangan itu tidak diperkenankan berunding, berbicara atau memberi tanda-tanda apapun kecuali gerakan-gerakan tangan yang secara bersama-sama memegang sebuah spidol.
      2.   Kegiatan demonstrasi :
            -     Kelompok dibagi dua :
                  Ada kelompok pelaksana demonstrasi
                  Ada kelompok Pengamat demonstrasi
            -     Kelompok demonstrasi melaksanakan demonstrasi
                  Diberi waktu 5 menit
            -     Kelompok Pengamat mengisi lembar pengamatan
            -     Selesai demonstrasi mengisi lembar ungkapan perasaan.
                  Waktu 10 menit
-     Kelompok pengamatan mendemonstrasikan 5 menit
      Kelompok demonstrasi mengisi lembar pengamatan
      Kelompok Pengamat yang mendemonstrasikan mengisi lembar ungkapan perasaan.
-     Mendiskusikan hasil demonstrasi berdasarkan lembar pengamatan dan ungkapan perasaan.
      Waktu 10 menit.



LEMBAR PENGAMATAN DEMONSTRASI
DINAMIKA KERJA KELOMPOK

No
Keadaan Demonstrasi
Ya
Tidak
1.
Interaksi :
-     Nampak berkomunikasi verbal
-     Nampak berkomunikasi non verbal
-     Nampak diam cemberut
-     Nampak diam tersenyum
-     Nampak tegang
-     Nampak diam sesuai aturan


2.
Kepemimpinan :
-     Tetap satu orang pemimpin
-     Berpindah dari satu orang ke orang lain
-     Dua-dua berebut jadi pemimpin  


3.
Hasil pekerjaan :
-     Nampak berhasil
-     Nampak kurang berhasil
-     Nampak tidak berhasil



Kesimpulan :



LEMBAR UNGKAPAN PERASAAN PESERTA
DEMONSTRASI DINAMIKA KERJA KELOMPOK

No
PERASAAN
Ya
Tidak
1.
Senang pemimpin


2.
Senang dipimpin


3.
Senang bekerja sama


4.
Sedih karena tidak dapat berkomunikasi


5.
Tegang karena tidak dapat berkomunikasi


6.
Marah karena tidak dapat berkomunikasi


7.
Senang karena pekerjaan selesai


8.
Sedih karena pekerjaan tidak selesai



Kesimpulan :



Demonstrasi Kedua :
Judul menyusun gambar :
1.   Petunjuk : Kelompok
      Setiap diberikan satu gambar yang sudah dipotong dalam 20 bagian
      Gambar dapat diambil dari majalah atau kalender dan ditempel pada kartun.
      Tugas kelompok yaitu menyusun gambar yang terpotong-potong menjadi gambar yang utuh.
      Pertanyaan gambar diletakkan di tengah meja dicampur dengan gambar dari kelompok lain.
      Setiap peserta hanya boleh mengambil satu gambar. Gambar yang tidak diperlukan segera dikembalikan ke tengah meja peserta berulang-ulang mengambil gambar yang diperlukan untuk disusun tanpa berbicara, berkomunikasi dengan isyarat atau campur tangan.
      Tugas kelompok selesai apabila gambar sudah selesai secara utuh di depan. Waktu yang diberikan 15 menit.

2.   Kegiatan Demostrasi :
      Langkah Pertama :   Kelompok dibagi 4 :
                                       Ada 2 kelompok pemain dan 2 kelompok Pengamat
      Langkah Demionstrasi I ada Pengamat I
      Langkah Demonstrasi II ada Pengamat II
     
      Langkah Kedua :
      Kelompok Demonstrasi I melaksanakan tugas kelompok yaitu menyusun gambar diamati kelompok Pengamat I
      Kelompok Demonstrasi II melaksanakan tugas kelompok diamati kelompok Pengamat II
      Waktu yang diberikan 15 menit
      Kelompok demonstrasi mengisi lembar ungkapan perasaan
      Kelompok Pengamat melaporkan hasil Pengamat
      Kelompok demonstrasi melaporkan hasil ungkapan perasaan
      Konselor Mendiskusikan hasil laporan selama 15 menit

      Langkah Ketiga :     Kelompok Pengamat menjadi kelompok demonstrasi selama 15 menit setelah masing-masing melakukan tugasnya konselor mendiskusikan hasil laporan selama 15 menit
      Langkah keempat : Konselor mendiskusikan hasil demonstrasi dan ungkapan perasaan peserta 15 menit.



Lembar Pengamatan : Demonstrasi Menyusun Gambar

No
Pelanggaran Peraturan
Nama Peserta
A
B
C
D
E
1.
Menumpuk gambar





2.
Berkomunikasi verbal





3.
Berkomunikasi non verbal





4.
Mengambil gambar orang lain





5.
Melihat pekerjaan orang lain





6.
Gambar yang tak perlu/ tidak dikembalikan






Kesimpulan : Berapa pelanggaran :










LEMBAR UNGKAPAN PERASAAN DEMONSTRASI
MENYUSUN GAMBAR

1.   Perasaan pada waktu tidak dapat melengkapi gambar
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
2.   Perasaan waktu menumpuk gambar
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
3.   Perasaan waktu teman tidak dapat menyelesaikan tugas
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
4.   Perasaan waktu dapat menyelesaikan tugas
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
5.   Perasaan waktu melihat teman sibuk sendiri
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................




b.   Pelaksanaan latihan bimbingan kelompok model dinamika kerja kelompok.
      Tugas mahasiswa :
                        Membagi kelompok 11 orang
                        1 orang jadi konselor
                        10 orang jadi demonstran
      Tahap 1 :   Membaca panduan terstruktsi
                        Demonstrasi pertama
                        Demonstrasi kedua
      Tahap 2 :   Melaksanakan demonstrasi pertama dan demonstrasi kedua dibuat laporan
      Tahap 3 :   Mahasiswa mencari siswa (klien) untuk melaksanakan demonstrasi dinamika kerja kelompok (pelaksanaan di laboratorium PPB )
                        Dibuat laporan

      Tugas Dosen :
                        Memfasilitasi pelaksanaan latihan ketrampilan bimbingan kelompok model dinamika kerja kelompok.




c.   Bentuk Laporan
      1.   Judul : Laporan Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Model Dinamika Kerja Kelompok

      2.   Dilaksanakan pada tanggal : .....................................................................

      3.   Konselor :  .....................................................................................................

      4.   Judul demonstrasi  : ......................................................................................

      5.   Peserta :.....................................................................................................

      6.   Hasil Diskusi
            Ungkapan Perasaan : .....................................................................................
            Hasil Pengamatan : .......................................................................................
            Pemahaman tentang dinamika kerja kelompok : ...........................................


BAB IV
BIMBINGAN KELOMPOK
MODEL PERMAINAN KELOMPOK

A.  Tujuan
      Setelah mempelajari uraian dibawah ini anda diharapkan dapat memahami pelaksanaan bimbingan kelompok model permainan kelompok.

B.  Rasional Teori
      a.   Asal-usul Permainan Kelompok
            Freud memandang bermain sama seperti fantasi atau lamunan. Melalui bermain ataupun fantasi, seseorang dapat memproyeksikan harapan-harapan maupun konflik pribadi. Dengan demikian Freud percaya bahwa bermain memegang peran penting dalam perkembangan emosi anak. Anak dapat mengeluarkan semua perasaan negatif, seperti pengalaman yang tidak menyenangkan/traumatik dan harapan-harapan yang tidak terwujud dalam realita melalui bermain. Dengan demikian, bermain mempunyai efek katartis. Vygotsy mengemukakan bermain adalah self help tool. Seringkali keterlibatan anak dalam kegiatan bermain dengan sendirinya mengalami kemajuan dalam perkembangannya. Dalam bermain, anak mampu mengendalikan dirinya karena “kerangka” bermain berada dibawah kontrol anak atau dilakukan dalam situasi imajiner. Anak dapat pura-pura menangis dan mampu menghentikan tangisannya secara tiba-tiba, berbeda dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari . dibandingkan dengan situasi lain, dalam situasi bermain anak memiliki perhatian (atensi), daya ingat, bahasa dan kooperasi yang lebih baik. Vygotsky memandang bermain identik dengan ‘kaca pembesar’ yang dapat menelaah kemampuan baru dari anak yang bersifat potensial sebelum diaktualisasikan dalam situasi lain, khususnya dalam kondisi formal seperti di sekolah. Pandangan Vygotsky mengenai bermain bersifat menyeluruh, dalam pengertian selain untuk perkembangan sosial dan emosi anak. Ketiga aspek yaitu kognisi, sosial dan emosi saling berhubungan satu sama lain dan sudah tergambar jelas pada contoh yang diberikan saat anak bermain pura-pura.
            Bruner memberi penekanan pada fungsi bermain sebagai sarana mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas. Dalam bermain, yang lebih penting bagi anak adalah makna bermain dan bukan hasil akhirnya. Saat bermain, anak tidak memikirkan sasaran yang akan dicapai sehingga dia mampu bereksperimen dengan memadukan berbagai perilaku baru serta ‘tidak biasa’. Keadaan seperti itu tidak mungkin dilakukan kalau dia berada dalam kondisi tertekan. Sekali anak mencoba memadukan perilaku yang baru, mereka dapat menggunakan pengalaman tersebut untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sebenarnya. Perilaku-perilaku rutin yang dipraktekkan dan dipelajari berulang-ulang dalam situasi bermain akan terintegrasi dan bermanfaat untuk memantapkan pola perilaku sehari-hari. Jadi, bermain dapat mengembangkan fleksibilitas dengan banyaknya pilihan-pilihan perilaku bagi anak. Selanjutnya, bermain memungkinkan anak berekplorasi terhadap berbagai kemungkinan yang ada, karena situasi bermain membuat anak lebih terlindung dari akibat yang akan diderita kalau hal itu dilakukan dalam situasi sehari-hari. Bagi Bruner, hasil ini memperlihatkan manfaat adaptif dari bermain yaitu saat perkembangan manusia masih berada dalam tahap belum ‘matang’ dan masih berevolusi.
            Berikutnya Bruner menekankan narrative modes of thinking, dalam artian fungsi dari intelek berhubungan erat dengan makna (meaning), rekonstruksi pengalaman dan imajinasi. Jadi dari sudut pandang Bruner, dalam perkembangan dan pendidikan manusia aspek naratif memegang peran penting. Bermain sangat berhubungan dengan naratif dalam hal bagaimana seseorang anak mempresentasikan pengetahuan dalam intensionalitas dan kesadarannya.


      b.   Ciri-ciri Kegiatan Bermain
-     Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsic, maksudnya muncul atas keinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri
-     Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang positif. Kalaupun emosi positif tidak tampil, setidaknya kegiatan bermain mempunyai nilai (value) bagi anak.
-     Fleksibelitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain.
-     Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir. Saat bermain, perhatian anak-anak lebih terpusat pada kegiatan yang berlangsung dibandingkan tujuan yang ingin dicapai. Tidak adanya tekanan untuk mencapai prestasi membebaskan anak untuk mencoba berbagai variasi kegiatan. Karena itu bermain cenderung lebih fleksibel, karena tidak semata-mata ditentukan oleh sasaran yang ingin dicapai.
-     bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain pada anak-anak kecil.
-     Mempunyai kualitas pura-pura. Kegiatan bermain mempunyai kerangka tertentu yang memisahkannya dari kehidupan nyata sehari-hari. Kerangka ini berlaku terhadap semua bentuk kegiatan bermain seperti bermain peran, menyusun balok-balok, menyusun kepingan gambar dan lain-lain. Realitas internal lebih diutamakan dari pada realitas eksternal, karena anak memberi ‘makna’ baru terhadap objek yang dimainkan dan mengabaikan keadaan objek yang sesungguhnya. Keadaan ini bisa kita simak saat anak bermain, tindakan-tindakan anak akan berbeda dengan perilakunya saat sedang tidak bermain. Misalnya anak yang pura-pura minum dari ‘cangkir’ yang sebenarnya berujud balok, atau mengganggu kepingan gambar sebagai kue keju. Kualitas ‘pura-pura’ memungkinkan anak bereksperimen dengan kemungkinan-kemungkinan baru.

C.  Prosedur Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
      Kelompok model permainan
      a.   Pemilihan Permainan
1.   Judul dan materi permainan
2.   Pemetapan tujuan
3.   Jumlah peserta
4.   Umur peserta
5.   Bahan
6.   Ruang latihan
7.   Waktu yang ditetapkan
8.   Situasi kelompok
9.   Pengalaman fasilitator
      b.   Tugas Fasilitator
1.   Memilih permainan
2.   Mengatur ruang latihan
3.   Mengantar permainan
4.   Mempunyai humor
5.   Mengadakan evaluasi : pengungkapan perasaan.



D.  Latihan Ketrampilan Melaksanakan Bimbingan Kelompok Model Permainan Kelompok
      a.   Panduan Terstruktur
Permainan komunikasi
Judul : Bintang Lima Supervisi
-     Tujuan Permainan
      -     Peserta dapat memahami bahwa dalam berkomunikasi supervisi yang baik adalah 90% konsultan dan latihan, 10% adalah pengecekan.
      -     Peserta mengingat 5 hal penting dalam komunikasi supervisi
            Memberi tahu apa yang dibuat
            Memberitahu bagaimana membuat Pertunjukkan,
            Memberitahu bagaimana membuat
            Menunjukkan bagaimana membuat
            Memberi petunjuk pada setiap orang membuat
            Memeriksa apa yang dibuat dan mengoreksi yang salah
-     Besar kelompok : tak terbatas
-     Waktu bermain  : 30 menit
-     Bahan :
      -     Kertas berwarna bujur sangkar (kertas marmer) sebanyak 3 x jumlah peserta
      -     Lembar petunjuk cara pembantu bintang 5 untuk setiap anggota
-     Ruang latihan : kursi, meja untuk pekerjaan tangan
-     Prosedur
      -     Mintalah para peserta untuk membuat bintang sudut lima dengan kertas berwarna yang dibagikan tanpa bantuan alat atau penjelasan melalui instruksi lisan.
            Waktu 3 menit
      -     Peserta memperlihatkan hasil. Ternyata tidak ada yang berhasil. Tanyakan apa sebabnya ?

      -     Berikan lembar instruksi
            Peserta membaca instruksi dan membuat sesuai petunjuk dalam waktu 5 menit
      -     Peserta memperlihatkan hasil. Ternyata masih ada yang belum berhasil. Tanyakan apa sebabnya.
      -     Fasilitator menunjuk peserta yang berhasil mendemonstrasikan cara membuat bintang segi lima
      -     Peserta diminta untuk mengikuti langkah yang sedang dilakukan oleh pendemonstrasi
      -     Fasilitator memimpin diskusi tentang kegiatan permainan kelompok : dengan memberikan kesempatan peserta mengisi lembar ungkapan perasaan.
            Peserta diberi kesempatan mengungkapkan perasaan.



Petunjuk Langkah Membuat Bintang Segi Lima Supervisi

1.   Lipatlah kertas bujur sangkar yang telah disediakan menjadi 2, sehingga terbentuk 4 persegi panjang.
2.   Dengan lipatan berada di bawah, sekarang lipatlah sedemikian sehingga sudut kiri bawah bertemu dengan tepi kanan kertas pada posisi 1/3 dari atas.
3.   Lipatlah kertas bagian bawah menurut garis miring yang baru saja terbentuk pada langkah kedua.
4.   Lipatlah sekali lagi kertas tersebut, sehingga tepi lipatan yang terbentuk tadi saling berhimpit.
5.   Bukalah lipatan tadi (langkah 4) dan tepi kertas yang horizontal (langkah 3) buatlah sobekan kecil pada sebelah luar (sisi luar).
6.   Lipat kembali seperti langkah ke-4 kemudian sobekan kecil (langkah kr-6) disobek sampai pertengahan tepi yang lain, sehingga terpotong.
7.   Bukalah lipatan-lipatan kembali dan akan terbentuk bintang segi lima.



LEMBAR UNGKAPAN PERASAAN PESERTA

1.   Pada waktu membuat pekerjaan saya merasa .....................................................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
2.   Pada waktu cepat berhasil membuat pekerjaan saya merasa ...............................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
3.   Pada waktu lambat membuat pekerjaan saya merasa ..........................................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
4.   Pada waktu lambat membuat pekerjaan saya merasa ..........................................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
5.   Pada waktu tidak tepat waktu membuat pekerjaan saya merasa ........................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................

6.   Pada waktu melihat pekerjaan teman yang selesai tepat waktu saya merasa ......
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................
      .............................................................................................................................




PERMAINAN PEMAHAMAN DIRI
Judul : Ciri-ciri Kepribadian Saya

Tujuan Permainan
      -     Peserta dapat mengenali peserta lain
      -     Peserta dapat mengenal sifat-sifat diri sendiri melalui kacamata orang lain
      -     Peserta dapat menemukan perbedaan gambaran orang lain yang kita duga dengan yang sebenarnya
-     Besar kelompok : Bebas
-     Waktu 30 menit
-     Bahan : lembar kegiatan ciri-ciri kepribadian saya
-     Ruang latihan : kursi
-     Prosedur :
      Petunjuk :
      Lembar ciri-ciri kepribadian saya dibagikan pada peserta.



LEMBAR KEGIATAN
CIRI-CIRI KEPRIBADIAN SAYA

NO
CIRI-CIRI KEPRIBADIAN
0
1
2
3
4
1.
Obyektif, menilai sesuatu sesuai kenyataan





2.
Percaya diri





3.
Aktif, penuh energi





4.
Tegas





5.
Penuh semangat





6.
Pandai





7.
Dapat dan mudah menyesuaikan diri





8.
Dapat mengendalikan diri





9.
Dapat diandalkan





10.
Terbuka





11.
Sombong





12.
Kreatif, penuh ide





13.
Usil





14.
Pandai bersilat lidah





15.
Penuh minat dalam menyelesaikan tugas





16.
Serba bisa





17.
Ambisius





18.
Egosentris = terlalu memikirkan diri sendiri





19.
Selalu ingin dipuji/ dihargai





20.
Bertindak tanpa dipikir dahulu





21.
Pemalu





22.
Toleren, mampu bertenggang rasa





23.
Optimis





24.
Munafik





25.
Senang dan mudah bergaul





26.
Tenang, kalem





27.
Bersedia bermusyawarah





28.
Penuh pengertian untuk orang lain





29.
Ramah





30.
Simpatik





31.
Tidak sabar





32.
Netral, tidak suka berpihak





33.
Suka menolong





34.
Mampu mempengaruhi orang lain





35.
Otoriter, suka memerintah





36.
Hangat





37.
Dominan





38.
Agresif





39.
Jujur





40.
Kaku





41.
Keras kepala





42.
Lugu





43.
Serius








-     Fasilitas menjelaskan jalannya permainan sebagai berikut :
                Kertas yang saya berikan kepada kalian ini berisi daftar kata-kata sifat untuk menggambarkan ciri kepribadian seseorang. Di sampingnya terdapat skala O hingga skala 4. Skala O berarti tidak tepat bagi diri saya, skala 4 berarti sangat tepat bagi diri saya. 1, 2, 3 berarti di antaranya.
                Berilah tanda silang pada salah satu angka 0-4 yang kalian rasa tepat untuk menilai ciri diri kalian sendiri.
                Kalau semua kata-kata sifat sudah diberi tanda silang, maka tanda silang itu saling dihubungkan dengan garis sehingga terjadi garis zigzag (profil), yaitu ciri-ciri kepribadian kalian. Garis ini berbeda pada setiap orang, itulah yang disebut ciri khas setiap orang.
                Sekarang berikan lagi tanda silang di depan tiga kata sifat yang menurut pendapat kalian sangat tepat menggambarkan kepribadian diri kalian. Inilah yang menjadi gambaran kepribadian diri kalian sendiri.
                Sekarang saya beri kalian waktu 10 menit untuk mengisi daftar "ciri-ciri kepribadian" masing-masing....
                Sekarang carilah satu teman kelompok yang ingin kalian ketahui kesannya tentang diri kalian. Berpikirlah sejenak untuk mengumpulkan kesan.
                Teman kalian berpikir tentang kesannya terhadap diri kalian. Sementara itu, kalian membayangkan kira-kira bagaimana kesan pasangan kalian terhadap diri kalian.
                Ketika pasangan kalian mengisi daftar ciri kepribadian diri kalian. maka kalian sendiri juga mengisi satu daftar lain, yang bukan menurut pendapat diri kalian sendiri, melainkan menurut dugaan kalian bagaimana kepribadian kalian dinilai oleh pasangan tersebut.
                Setelah itu, kalian boleh membandingkan kedua hasil penilaian yang perbedaannya satu sama lain akan mengherankan kalian. Saya beri kalian waktu 10 menit.
                Sekarang kalian saling bertukar peran. Peserta yang tadi menggambarkan sifat kepribadian diri pasangannya mendapat giliran untuk dinilai kepribadiannya oleh pasangannya. Atau kalian berdua boleh berpisah dan masing-masing mencari pasangan baru lagi." (Pemimpin kelompok harus menentukan cara yang mana).
                Kalau waktunya cukup banyak, maka masing-masing peserta boleh mencari 2-3 pasangan untuk diminta membuat gambaran tentang dirinya.
                Anda boleh memberikan dorongan kepada para peserta supaya mereka mengumpulkan daftar-daftar kepribadian mereka yang dibuat oleh orang lain sebanyak mungkin, misalnya dalam waktu istirahat. Dengan begitu mereka nanti akan mendapat gambaran yang lengkap dan tepat tentang dirinya menurut pandangan orang lain.
                Supaya daftar ciri-ciri kepribadian diisi secara jujur dat Ikan karena keharusan berbasa-basi, maka daftar itu boleh juga diisi secara anonim (tanpa menuliskan nama).
                Anda harus jelaskan kepada peserta bahwa ciri-ciri kepribadian seseorang (misalnya si A) yang digambarkan oleh orang lain bukanlah gambaran yang objektif atau yang sebenarnya dari A, melainkan gambaran yang subjektif, yang menunjukkan bagaimana dia dilihat oleh orang lain.

-     Fasilitas mendiskusikan hasil ungkapan perasaan peserta setelah peserta mengisi lembar ungkapan perasaan.



LEMBAR UNGKAPAN PERASAAN PESERTA

NO
PERASAAN SAYA
YA
TIDAK
1.
Saya merasa ada perbedaan gambar kepribadian saya dengan gambar kepribadian orang lain


2.
Saya merasa berbeda dengan orang lain


3.
Saya merasa gambaran yang diberitahukan orang tentang kepribadian saya tidak sesuai dengan gambaran kepribadian saya.


4.
Saya merasa diri kurang realistis


5.
Saya merasa menutup diri dari orang lain


6.
Saya merasa perlu menjelaskan pada orang lain tentang gambaran kepribadian saya


7.
Saya merasa tahu lebih banyak tentang orang lain


8.
Saya merasa senang dengan kegiatan permainan kelompok ini.






b.   Pelaksanaan Latihan Bimbingan Kelompok Model Permainan Kelompok

      Tugas Mahasiswa :
                                        Membagi kelompok 11 orang
                                        1 orang jadi Konselor
                                        10 orang jadi pemain
      Tahap 1 :     Membaca panduan terstruktur
                          Permainan komunikasi
                          Judul : Bintang Lima Supervisi
                          Permainan pemahaman diri
                          Judul : Ciri-ciri Kepribadian saya

      Tahap 2 :     Melaksanakan permainan dibuat laporan

      Tahap 3 :     Mahasiswa mencari siswa (klien) untuk melaksanakan model permainan kelompok (pelaksanaan di labolatorium PPB) dibuat laporan.

      Tugas Dosen :
                          Memfasilitasi pelaksanaan latihan ketrampilan bimbingan kelompok model permainan kelompok.



C.  Bentuk Laporan
      1.   Judul  :  Laporan pelaksanaan bimbingan kelompok model permainan kelompok

      2.   Dilaksanakan pada tanggal :

      3.   Konselor :

      4.   Judul permainan kelompok :

      5.   Peserta permainan :

      6.   Hasil diskusi ungkapan perasaan peserta :